Raut wajah bahagia tidak dapat disembunyikan Rafa (13) dan Zulaiha (9) ketika menerima bantuan biaya hidup berupa sembako, perlengkapan mandi mencuci, tas, sepatu dan sepeda dari Rumah Yatim cabang Kalimantan Barat.
Mereka mengaku sangat bersyukur bisa menerima bantuan ini. "Alhamdulillah terima kasih Rumah Yatim khususnya para donatur yang telah memberikan semua ini kepada Rafa dan Zulaiha, semoga Allah membalas semuanya, semoga Allah memberikan pahala yang besar untuk para donatur dan tim Rumah Yatim," ujar Rafa dan Zulaiha.
Lebih lanjut, Rafa mengatakan jika dirinya baru kali ini menerima bantuan dengan jumlah yang banyak, ia pun melanjutkan jika bantuan ini sangat berarti untuk diri, adik dan neneknya.
"Aku, adik dan nenek sangat sekali bisa menerima bantuan ini, aku sama adik juga sangat senang ketika diajak kakak-kakak dari Rumah Yatim belanja kebutuhan sekolah, kebutuhan sehari-hari, beli sepeda dan diajak makan di restoran. Baru kali ini kami belanja banyak dan makan di restoran. Sekali lagi terima kasih Rumah Yatim dan para donatur," tutur Rafa.
Diketahui, sejak kedua orang tua bercerai dan pergi merantau, Rafa dan Zulaiha dirawat oleh sang nenek yang sudah renta disebuah rumah sederhana di Desa Sekura, Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka bertiga bekerja sebagai penjual pakis di pinggir jalan. Pakis tersebut didapatkan mereka dari hutan, lalu dijual seharga 5 ribu rupiah perikat nya.
"Setiap siang, tepatnya setelah pulang sekolah, Rafa dan Zulaiha yang ditemani neneknya pergi ke hutan untuk mencari tanaman pakis, setelah itu mereka mengikatnya dan menjualnya dipinggir jalan. Biasanya dalam sehari mereka mendapat 4 ikat pakis, namun yang laku biasanya cuman 2 sampai 3 ikat saja, kadang pakisnya tidak laku sama sekali," ujar Abdurrohim, kepala cabang Rumah Yatim Kalimantan Barat.
Lebih lanjut, ia mengatakan jika penghasilan yang didapat Rafa dan Zulaiha dari jualan pakis seringnya hanya cukup untuk makan saja, sementara untuk membeli perlengkapan sekolah tidak cukup sehingga mereka ke sekolah menggunakan seragam lusuh, tas rusak dan sepatu bolong.
"Sejak merantau, orang tua Rafa dan Zulaiha tidak pernah memberikan kabar apalagi mengirimkan uang, sehingga satu-satunya pendapatan mereka ya dari jualan pakis itu. Meskipun tidak cukup, Rafa dan Zulaiha tidak pernah mau berhenti sekolah, mereka akan berusaha semampunya supaya bisa terus sekolah," tuturnya.
Abdurrohim berharap, bantuan yang diberikan ini bisa memberikan banyak manfaat, berkah serta bisa meningkatkan semangat Rafa dan Zulaiha dalam menjalani hari juga pendidikannya.
Author
Sinta Guslia