Kemiskinan membuat Ati (35), ibu tunggal di jalan Kampung Kajang, kelurahan Tamangapa, kecamatan Manggala, kota Makassar, Sulawesi Selatan, kesulitan untuk membeli beras dan menyekolahkan anaknya.
Karena kondisi ini, anak-anak Ati terpaksa putus sekolah dan ikut memulung bersama Ati untuk makan sehari-hari.
Kepada tim relawan Rumah Yatim cabang Sulsel, Ati mengaku tidak tega harus membawa ketiga anaknya memulung. Namun ia tidak punya pilihan lain karena tidak mau membiarkan anak-anaknya di kontrakan tanpa pengawasan orangtua.
"Anak saya yang paling besar berumur 10 tahun, yang kedua 7 tahun dan yang ketiga 4 tahun. Anak pertama dan kedua terpaksa berhenti sekolah karena tidak ada biaya, setiap hari mereka juga ikut saya memulung karena kalo ditinggal di kontrakan takut terjadi apa-apa," ujarnya.
Lebih lanjut, Ati bercerita jika penghasilan yang didapatnya seharian memulung tidak banyak yakni 20 ribu saja, nantinya uang itu ia tabung sebagian untuk bayar kontrakan dan sebagian lagi untuk makan bersama ketiga anaknya. Jika hasil dari memulung kurang dari 20 ribu, terpaksa Ati dan anak-anaknya tidak makan karena uangnya tetap ditabung untuk bayar kontrakan.
"Saya ngeduluin nabung bayar kontrakan biar saya dan anak-anak tidak terusir, saya ga mau kalo anak-anak sampai tinggal di jalanan, kasihan mereka. Kalo untuk makan, ya kami bisa nyari makan di tempat sampah atau kadang dikasih tetangga, pernah juga kami tidak makan seharian," tuturnya.
Ketika ditanya mengenai keinginannya, Ati sangat ingin sekali bisa memberi makan anak-anaknya sehari tiga kali dengan makanan yang enak dan bergizi, ia pun ingin kedua anaknya yang putus sekolah bisa kembali sekolah agar mereka bisa membaca, menulis dan berhitung. Ati juga berharap ingin menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi agar mereka kelak bisa hidup enak, tanpa harus kelaparan dan susah seperti sekarang.
"Kedua anak saya belum lancar membacanya, mereka juga ga bisa berhitung. Saya ga bisa ngajarin mereka karena saya juga ga sekolah. Saya pengen mereka sekolah tinggi biar nanti jadi anak yang pintar dan berhasil," ungkapnya.
Merespon hal tersebut, Rumah Yatim cabang Sulawesi Selatan melalui tim relawannya memberikan bantuan biaya hidup berupa uang tunai kepada Ati.
"Bantuan ini merupakan wujud kepedulian Rumah Yatim dan donatur, mudah-mudahan bantuan ini bisa meringankan beban serta membantu memenuhi kebutuhan hidup bu Ati dan ketiga anaknya," ujar Yudi, salah satu relawan Rumah Yatim Sulawesi Selatan.
Ia melanjutkan jika Ati terlihat begitu terharu dan bahagia ketika menerima bantuan tersebut. Tidak lupa ia pun mengucapkan terima kasih dan mendoakan untuk kebaikan Rumah Yatim donatur.
#pejuangkebaikan, diluar sana masih banyak lagi ibu tunggal yang kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan pendidikan anak anak yatimnya. Untuk itu, mari bersama kita ulurkan tangan untuk membantu mereka. Salurkan Zakat, infak dan sedekah terbaikmu di Rumah Yatim.
Author
Sinta Guslia