Home / Rubrik / Berita

Hidup Tanpa Orang Tua, Kakak Beradik Pencari Ikan di Bulukumba Bersyukur Dapat Bantuan Rumah Yatim

gambar-headline
Sulawesi Selatan Post Views: 19

Satria (16) dan Tiara (8) seketika tersenyum ketika tim Rumah Yatim cabang Sulawesi Selatan menyambangi tempat tinggal sederhana mereka di pesisir pantai Samboang, Desa Ekatiro, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Kabupaten Bulukumba untuk memberikan bantuan biaya hidup berupa uang tunai, sembako dan perlengkapan mandi mencuci.

 

Dengan sopannya, dua kakak berdik ini salim kesemua tim sembari mengucapkan terima kasih. Tidak lupa mereka pun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua donatur yang telah memberikan bantuan ini.

 

Yudi, salah satu relawan Rumah Yatim Sulsel mengatakan jika bantuan yang diberikan berasal dari aksi penggalangan dana Rumah Yatim secara daring di platform donasionline.id . Diharapkan bantuan ini bisa memberikan banyak manfaat, berkah dan membantu memenuhi kebutuhan hidup mereka selama beberapa bulan kedepan.

 

"Alhamdulillah bantuan biaya hidup amanah dari para donatur sudah diberikan kepada Satria dan Tiara. Mereka terlihat sangat senang ketika menerima bantuan ini. Mudah-mudahan bantuan ini bisa memberikan banyak manfaat untuk mereka," ujarnya.

 

Lebih lanjut, Yudi mengatakan jika sudah satu tahun Satria dan Tiara hidup tanpa sosok orang tua. Ayah mereka sudah meninggal dua tahun lalu, sementara sang ibu setahun lalu pergi merantau ke Papua dan tidak ada kabar sampai saat ini. Sejak saat itu mereka berdua tinggal di sebuah gubuk berukuran 5 x 5 meter. 

 

Gubuk yang terbuat dari batang pohon kelapa ini merupakan peninggalan dari orang tua mereka, lokasinya berada di pinggir pantai. Jika malam, mereka akan merasakan hawa dingin yang amat sangat, sementara jika air laut pasang, rumah mereka akan tergenang banjir.

 

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya pendidikan, Satria dan adiknya bekerja sebagai pencari ikan. Setiap subuh, sebelum siap-siap sekolah mereka akan memasang jaring di tepi laut, nanti memasuki waktu sore hari mereka akan mengecek jaring tersebut. Jika di jaring tersebut ada ikan, mereka akan langsung pergi ke tempat penjualan ikan sejauh 3 KM dan menjualnya. 

 

"Seringnya ikan mereka dibeli seharga 10 ribu, nanti uang tersebut mereka gunakan untuk membeli kebutuhan harian dan perlengkapan sekolah. Untuk minum mereka biasanya minum air kelapa yang jatuh dari pohonnya. Untuk makan, mereka kadang beli, kadang pula dikasih tetangga yang merasa iba pada mereka," tutur Yudi.

 

Meski sudah bekerja keras dan berhemat, Satria dan Tiata sering sekali kesulitan untuk membeli makan dan perlengkapan sekolah seperti pensil, buku dan penghapus. Bahkan mereka pun sangat kesulitan untuk membeli sepatu, tas dan seragam sekolah.

 

Kepada Yudi, Satria cerita jika ia seringkali sedih karena tidak bisa seperti teman-temannya yang bisa bermain setiap pulang sekolah. Ia bersama adiknya pun seringkali menangis ketika melihat teman-temannya sedang bersama orangtuanya. Rasa rindu mereka terhadap ibu dan ayah hanya bisa tercurah lewat doa dan air mata setiap selesai shalat.

 

"Satria dan Tiara sangat layak menerima bantuan ini, mereka pun sangat layak dibantu. Mudah-mudahan kedepannya Rumah Yatim bisa kembali membantu mereka, agar kehidupan dan pendidikan mereka terjamin. Terima kasih kepada para donatur yang telah memberikan bantuan ini, semoga bantuan ini bisa menjadi berkah, ladang pahala dan kebaikan untuk para donatur," tutur Yudi.


Author

img-author

Sinta Guslia

1 tahun yang lalu