Home / Rubrik / Berita

Bantuan Tahap Kedua untuk Mbah Birin, Lansia Pembuat Kerajinan Tangan Irig di Wonosobo

gambar-headline
Yogyakarta Post Views: 35

Rumah Yatim cabang Yogyakarta sukses menyalurkan bantuan biaya hidup tahap kedua untuk Mbah Birin (86), lansia pembuat kerajinan tangan irig di Dusun Pucung Rubuh, Kelurahan Leksono, Kecamatan Leksono, Kabupaten Wonosobo. 

Bantuan yang diberikan sama seperti sebelumnya yakni santunan uang tunai, sembako dan perlengkapan mandi mencuci.

 

"Alhamdulillah bantuan tahap kedua, amanah dari para donatur sudah diberikan kepada mbah Birin, mudah-mudahan bantuan ini bisa memberikan banyak manfaat, berkah dan bisa membantu memenuhi kebutuhan hidup mbah Birin selama beberapa bulan kedepan," ungkap Jajang Khoeruman, kepala cabang Rumah Yatim Yogyakarta.

 

Sama seperti sebelumnya, mbah Birin terlihat sangat bahagia dan terharu ketika menerima bantuan ini. Tidak lupa ia pun mengucapkan terima kasih kepada Rumah Yatim dan para donatur yang telah memberikan bantuan ini padanya. Diakhri, mbah pun berdoa untuk kebaikan Rumah Yatim dan para donatur.

"Alhamdulillah ya Allah mbah sangat senang bisa kembali menerima bantuan dari Rumah Yatim dan para donatur. Terima kasih Rumah Yatim dan semua donatur yang sudah memberikan bantuan ini. Hanya doa yang bisa mbah berikan, semoga Allah membalas semua kebaikan Rumah Yatim dan para donatur dengan balasan yang terbaik," ujarnya.

 

Diusia senjanya, tubuh renta mbah Birin (86) tentu ingin beristirahat. Tetapi kondisi berkata lain. Tidak bergerak, berarti tidak makan. 

Setiap hari, dengan tenaga seadanya mbah Birin berikhtiar mencari sesuap nasi dengan membuat kerajinan tangan irig dari bambu. Per satu buah irig tersebut ia kerjakan selama dua hari dan dihargai 4 ribu rupiah jika ada yang membelinya.

Dulu ketika masih kuat, mbah bisa membuat dan menjual belasan hingga puluhan irig dalam sehari, tapi sekarang mbah hanya mampu membuat satu irig dalam dua hari, mbah pun tidak bisa lagi keliling jualan irig karena kondisi kakinya yang sudah tidak bisa untuk berdiri

 

Sudah puluhan tahun mbah hidup sebatang kara tanpa anak istri. Jika sedang sakit, ia hanya bisa pasrah karena tidak ada yang merawatnya, ia pun tidak bisa makan karena ketika sakit tidak bekerja dan tidak punya uang. Ketika lapar, mbah hanya bisa minum air putih, ia bisa makan jika ada tetangga yang memberikan makanan.

Meski hidup dalam kondisi ekonomi dan fisik yang terbatas, mbah Birin tidak pernah meninggalkan shalat, ia pun selalu berusaha bekerja agar tetap bisa mencari nafkah sendiri tanpa harus berpangku tangah pada belas kasihan orang lain.

 

 

 


Author

img-author

Sinta Guslia

1 tahun yang lalu