Home / Rubrik / Berita

Mengantarkan Amanah untuk Riski, Anak Yatim yang Rela Jadi Buruh Pembuat Kerupuk Demi Menyambung Hidup

gambar-headline
Jawa Tengah Post Views: 27

Riski (9), seorang anak yatim yang bekerja jadi buruh pembuat kerupuk menerima bantuan biaya hidup berupa uang tunai, sembako, bingkisan buah dan perlengkapan mandi cuci dari Rumah Yatim cabang Jawa Tengah.

Bantuan tersebut langsung diberikan di kediaman kakeknya Riski di Desa Jatibogor, Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal.

 

"Alhamdulillah bantuan biaya hidup amanah dari para donatur sudah kami berikan kepada de Riski. Bantuan ini diberikan untuk meringankan beban dan memenuhi kebutuhan hidup Riski dan kakeknya selama beberapa bulan kedepan," ungkap Saefudin, kepala cabang Rumah Yatim Jabar 

Ia melanjutkan jika Riski terlihat begitu senang ketika menerima bantuan. Kepada Saefudin, Riski mengatakan akan menggunakan bantuan ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, pengobatan kakeknya dan untuk membeli perlengkapan sekolah.

"Kata Riski, kakeknya yang lagi sakit diabetes sudah lama tidak berobat karena tidak ada uang, jadi dia ingin sekali membawa kakeknya berobat biar sang kakek bisa kembali seperti dulu, tidak terbaring terus di kasur. Riski pun bilang ingin sekali membeli sepatu karena sepatunya udah mengelupas seperti kulit ikan, dia juga pengen beli seragam dan tas, karena sudah lama ga beli itu semua," tutur Saefudin.

 

Menurut Saefudin, Riski sangat layak dibantu dan didukung pendidikannya. Ia berharap kedepannya banyak orang baik yang membantu Riski. 

"Semoga kedepannya Rumah Yatim bisa kembali menemui de Riski untuk mengantarkan amanah dari para donatur. Terima kasih kepada para donatur yang telah membantu de Riski melalui Rumah Yatim, semoga bantuan yang diberikan bisa menjadi berkah, kebaikan dan ladang pahala untuk para donatur," ucapnya.

 

Diketahui, di usianya yang masih sangat kecil, Riski tidak hanya harus melanjutkan pendidikan, tapi juga harus bekerja menjadi buruh pembuat kerupuk untuk memenuhi kebutuhan hidup.Pekerjaan itu dilakukannya setelah selesai mengerjaan tugas sekolah. 

Dulu sebelum Riski bekerja, kakeknya lah yang menjadi tulang punggung keluarga. Namun semenjak kondisi sang kakek lemah karena sakit diabetes, akhirnya Riski lah yang menggantikan posisi kakeknya.

"De Riski berinisiatif untuk bekerja karena ingin terus sekolah dan tak ingin kakeknya kelaparan. Selain itu, ia pun ingin membalas semua kebaikan sang kakeknya yang sudah tulus merawatnya dari kecil," ujar Saefudin.

Ia melanjutkan, penghasilan yang didapat Riski setiap harinya tidaklah banyak, yakni hanya 20 ribu rupiah. Penghasilan tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pendidikan Riski.

"De Riski merupakan seorang anak yatim, ketika berusia 6 tahun ayahnya meninggal dunia, selang beberapa bulan setelah ayah meninggal, ibu de Riski pergi meninggalkannya entah kemana. Sejak saat itu Riski dirawat sang kakek yang kesehariannya bekerja sebagai pencari rumput," ujarnya.

 

Tumbuh tanpa sosok ibu dan ayah ditengah kondisi ekonomi yang sangat terbatas membuat Riski tumbuh menjadi sosok pribadi yang kuat, sabar, mandiri dan memiliki tanggung jawab tinggi. Meskipun begitu, ia seringkali merenung karena merasa ingin seperti anak lainnya yang setiap harinya merasakan kasih sayang dari kedua orang tua.


Author

img-author

Sinta Guslia

2 tahun yang lalu