Rumah Yatim cabang Kalimantan Barat kembali menyalurkan bantuan biaya hidup kepada Lutfi (17), remaja tangguh yang saat ini tengah berjuang melawan penyakit langka yakni Sindrom Guillain-Barre atau GBD.
Bantuan berupa uang tunai, sembako, susu, roti, biskuit, minuman sereal dan perlengkapan mandi mencuci ini berasal dari aksi penggalangan dana Rumah Yatim secara daring di platform donasionline.id , diberikan untuk membantu memenuhi kebutuhan dan pengobatan Lutfi.
Multi, salah satu relawan Rumah Yatim Kalbar menyampaikan jika kondisi Lutfi saat ini lebih baik dari sebelumnya. Jika sebelumnya Lutfi hanya bisa terbaring lemah di kasur dengan kondisi kaki mengecil, badan kurus dan memakai selang untuk makan, kini kondisi badan Lutfi sudah berisi, segar dan bisa duduk, namun untuk berjalan masih belum bisa.
"Bantuan diterima langsung oleh Lutfi. Alhamdulillah kondisi Rizal saat ini sudah membaik, badan dia terlihat bugar dan berisi, meskipun dia masih harus terus mengonsumsi obat dan kontrol karena belum bisa berjalan," terangnya.
Lebih lanjut, Multi mengatakan jika Syamsul Rizal terlihat sangat bahagia ketika menerima bantuan ini. Tidak lupa Lutfi mengucapkan ribuan terima kasih kepada para donatur yang telah peduli kepadanya. Lutfi berdoa semoga para donatur diberikan kesehatan, rezeki yang berlimpah dan berkah, serta dimudahkan semua urusannya oleh Allah.
"Mudah-mudahan bantuan ini bisa memberikan banyak manfaat, berkah dan bisa menambah semangat Lutfi dalam melawan penyakitnya. Semoga bantuan ini bisa membantu kesembuhan Lutfi, agar dia bisa kembali melakukan aktivitas dan sekolah seperti sebelumnya," tutur Multi.
...
Tak pernah terbayangkan oleh Luthfi karena di usia mudianya, ia harus terbaring lemah di tempat tidurnya karena penyakit yang dialami. Ia menderita penyakit Guillain-Barre Syndrome (GBS) atau penyakit kondisi langka yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang menyerang sistem saraf.
Kini, kedua kakinya lumpuh dan kedua tangan sudah susah digerakkan, semakin hari kondisi Luthfi semakin lemah, otot-otot badannya semakin mengecil dan saluran untuk makan dan minum harus menggunakan selang. Tiap hari lutfi hanya diberi susu melalui selang.
Menurut dokter, Luthfi harus dirujuk ke salah satu Rumah Sakit di Jakarta agar tahu tindakan apalagi yang harus dilakukan. Namun, jangan kan untuk berobat dan ongkos kesana, untuk kebutuhan sehari-hari pun kedua orang tuanya kesusahan.
Ayahnya hanya bekerja menjadi supir, upah yang didapat pun tak menentu. Paling dalam sehari hanya dapat 100 ribu, itupun sering tak dapat pelanggan. Sedangkan ibunya tak bisa bekerja karena harus merawat Lutfhi di rumah.
Kini, kondisi Luthfi pun semakin memburuk dan sedang melakukan perawatan di Rumah Sakit. Karena penyakit yang di derita membuat Lutfhi terpaksa keluar dari pondok dan berhenti sekolah.
Author
Sinta Guslia