Kisah perjuangan hidup dalam keterbatasan datang dari seorang penjual kerupuk difabel bernama Bambang (50), warga Tembok Banjaran, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal. 

Sejak terkena penyakit polio 49 tahun lalu, Bambang harus ikhlas dengan kondisi kakinya yang lumpuh. Jika ingin berpindah tempat, ia hanya bisa merangkak, namun jika ingin bepergian, ia menggunakan kursi roda usang yang sudah dimodifikasi.

"Ketika saya berusia 1 tahun, saya sakit polio, setelah itu kaki saya mengecil, lemas dan akhirnya dokter mengatakan kalau kaki saya lumpuh. Karena kondisi ini, saya kesulitan mencari kerja dan pasangan, sehingga sampai saat ini saya belum menikah dan hanya bisa berjualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," papar Bambang.

Bambang melanjutkan jika saat ini dirinya tinggal seorang diri disebuah kontrakan sederhana. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Bambang bekerja sebagai penjual kerupuk keliling dengan penghasilan 10 ribu perharinya.

Meski penghasilan yang didapatnya kecil, Bambang tidak pernah banyak mengeluh. Justru ia selalu bersyukur karena ditengah keterbatasannya ia bisa mandiri dan tidak berpangku tangan pada belas kasihan orang lain.

"Alhamdulillah Allah memampukan saya untuk bekerja dan melakukan semua kegiatan sendiri. Meski penghasilan saya sedikit, saya bersyukur karena dari penghasilan itu saya bisa makan sehari sekali dan nabung untuk bayar kontrakan, bahkan Alhamdulillah nya saya bisa ngasih ke nenek kakek walaupun jumlahnya tidak banyak," tuturnya.

Sebagai bentuk kepeduliannya, Rumah Yatim cabang Jawa Tengah memberikan bantuan biaya hidup berupa uang tunai, sembako, bingkisan buah dan perlengkapan mandi mencuci untuk Bambang. Bantuan ini diberikan untuk membantu meringankan beban serta memenuhi kebutuhan harian Bambang selama beberapa bulan kedepan.

"Alhamdulilah terima kasih Rumah Yatim dan donatur atas bantuannya. Saya sangat senang sekali bisa menerima bantuan ini, semoga kebaikan Rumah dan semua donatur dibalas oleh Allah dengan sebaik-baiknya balasan," tandas Bambang.